Emil Salim: Generasi Muda Saat Ini Agar Menjaga keberlanjutan Indonesia pada 2045

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua puluh dua tahun mendatang, pada 2045, Indonesia merdeka akan memasuki usia emas karena genap berusia 100 tahun.

Pada tahun tersebut generasi saat ini akan menjadi pengambil keputusan strategis di berbagai level kepemimpinan dan berbagai sektor. Mereka adalah generasi emas yang tengah dipersiapkan memimpin Indonesia Emas 2045.

Pemerhati lingkungan, Prof Emil Salim mengatakan Indonesia harus dapat memastikan pada usia emas Indonesia Merdeka pada 2045 lingkungan di Indonesia masih berkualitas untuk dihuni generasi mendatang meskipun terjadi perubahan iklim.

Dengan demikian generasi saat ini harus total football untuk bergerak mencegah dan beradaptasi dengan perubahan iklim melalui kolaborasi dengan berbagai bidang keahlian dan sektor kegiatan.

Emil Salim, menyampaikan agar generasi saat ini untuk menjaga keberlanjutan Indonesia pada 2045 dan seterusnya. Dia mengajak seluruh elemen untuk berkontribusi signifikan dalam komitmen Indonesia menjalankan program mitigasi dan adaptasi dengan berkolaborasi bersama pemerintah, dunia usaha, pendidikan dan civil society lainnya.

“Mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk dapat melakukan mitigasi dan adaptasi di tengah perubahan iklim menjadi tugas besar yang harus diselesaikan,” ungkap Prof Emil Salim dalam keterangan, Sabtu (16/12/2023).

Sementara itu, Amelia Farina Salim, Ketua Yayasan Emil Salim Institute, menyampaikan fenomena perubahan iklim semakin menunjukkan bertambahnya tingkat keparahan dan perluasan kejadian ekstrem sebagai akibat dari pemanasan global. Perubahan iklim yang terjadi saat ini merupakan suatu fenomena baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Selain itu, pada masa mendatang diprediksi bahwa fenomena perubahan iklim seperti gelombang panas, curah hujan yang berlebihan, kekeringan, dan badai akan semakin meningkat frekuensinya dan semakin meluas seiring dengan berjalannya waktu. Dunia dihadapkan pada tantangan untuk dapat mengurangi tingkat keparahan dan risiko perubahan iklim oleh berbagai sektor,” papar Amelia Farina Salim.

President Director Emil Salim Institute, E Kurniawan Padma menambahkan bahwa energi sendiri memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengurangi emisi GRK sebagai penyebab perubahan iklim tersebut. International Energy Agency (2020) melaporkan bahwa pada tahun 2019 sektor energi menyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sekitar 37 GtCO2e secara global.

Dari jumlah tersebut, kata dia pembakaran bahan bakar menghasilkan sebesar 34 GtCO2e atau 40 persen dari total emisi GRK di seluruh dunia. Gangguan terhadap sektor energi tersebut tentu saja akan menurunkan tingkat ketahanan energi suatu negara.

“Di sisi lain, ketahanan energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan perwujudan Sustainable Development Goals (SDG) Tujuan 7 yaitu energi yang terjangkau dan bersih untuk semua generasi baik saat ini maupun akan datang. Pemanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat akan menciptakan ketahanan ekonomi melalui ketersediaan energi yang berkelanjutan,” tuturnya.

Akhir pekan ini telah diadakan Inddonesia Climate Change Forum 2023. Forum ini menjadi ruang yang strategis untuk memberikan pemahaman terkait isu-isu perubahan iklim dan akhirnya dari pemahaman bersama yang dimiliki akan dihasilkan kesepakatan bersama sebagai upaya nyata dalam melakukan pengurangan resiko perubahan iklim.

“Dalam tindakan pembangunan baik bersifat lokal maupun global, termasuk tentunya tindakan Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim yang saat ini dampaknya sudah sama-sama dirasakan,” jelas Rosdinal Salim, selaku Panitia Pengarah ICCF #1 2023.

Kegiatan Indonesia Climate Change Forum 2023 ini menghadirkan para narasumber yang berasal dari berbagai kalangan baik pemerintah, maupun praktisi penggiat. Sementara peserta yang mengikuti kegiatan ini hadir dari berbagai kalangan, baik pemerintah, perguruan tinggi, korporasi dan civil society.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *