Benarkah Kurang Tidur Bisa Meningkatkan Risiko Asam Urat?

Jakarta, CNBC Indonesia – Aktivitas sehari-hari yang padat membuat sebagian besar orang merasa bahwa 24 jam dalam sehari masih belum cukup. Hal ini ditandai dengan banyaknya individu yang beraktivitas selama berbelas-belas jam hingga sedikit memiliki waktu tidur.

Tidak hanya aktivitas yang padat, stres juga bisa memicu gangguan tidur. Akibatnya, waktu yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat pun menjadi lebih sedikit.

Munculnya berbagai gangguan kesehatan akibat kurang tidur adalah rahasia umum yang sering terdengar di masyarakat. Salah satu penyakit yang kerap disebut bisa muncul akibat kurang tidur adalah asam urat.

Lantas, benarkah kurang tidur bisa meningkatkan risiko asam urat?

Asam urat adalah radang sendi yang dapat menyerang siapa saja. Penyakit yang juga disebut sebagai hiperurisemia ini ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat di dalam tubuh sehingga melebihi batas normal.

Melansir dari Mayo Clinic, asam urat bisa terjadi secara tiba-tiba dengan gejala ibu jari kaki terasa terbakar serta nyeri sendi yang intens, sendi terasa panas, kemerahan, bengkak, hingga sulit bergerak.

Sebuah studi menemukan bahwa gangguan tidur sleep apnea atau gangguan tidur berupa napas terhenti akibat saluran pernapasan tersumbat dapat memicu keluhan asam urat.

Dalam studi yang dipublikasikan Arthritis and Rheumatology, para ilmuwan meneliti catatan database kesehatan Inggris untuk membandingkan orang dengan dan tanpa gangguan tidur berupa sleep apnea. Secara perinci, para peneliti memilih 9.865 orang dengan rata-rata usia 54 tahun yang mengalami sleep apnea dan mencocokkannya dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 43.958 orang tanpa gangguan sleep apnea.

Setelah satu tahun, sekitar 50 persen orang dengan sleep apnea lebih berisiko mengalami serangan asam urat jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Sifat pasti dari hubungan antara asam urat dan sleep apnea masih tidak diketahui. Namun, ada dua kemungkinan dan saling berkaitan. Pertama, kedua kondisi tersebut memiliki faktor risiko yang sama seperti kelebihan berat badan.

“Meskipun tidak jelas bagaimana kelebihan berat badan dikaitkan dengan asam urat, banyak orang yang menderita kondisi ini cenderung kelebihan berat badan,” kata Kepala Klinis rheumatology di Beth Israel Deaconess Medical Center yang berafiliasi dengan Harvard, Dr. Robert Shmerling, dikutip Rabu (6/12/2023).

Lebih lanjut, teori lain yang dikaitkan adalah faktor hipoksia atau kondisi yang dapat timbul sebagai komplikasi dari sleep apnea, yaitu kadar oksigen dalam tubuh menurun pada saat tidur.

Menurut Dr. Shmerling, hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Akibatnya, kadar asam urat di dalam tubuh berisiko meningkat.

Lantas, bagaimana dengan orang yang tidak mengidap sleep apnea?

Menurut Dr. Shmerling, seseorang yang tidak menderita sleep apnea juga berisiko mengalami serangan asam urat pada malam hari. Sebab, suhu tubuh yang lebih rendah dan dehidrasi yang terjadi saat tidur dinilai mampu memicu munculnya asam urat.

“Kristal lebih cenderung mengkristal pada suhu yang lebih rendah, dan dehidrasi dapat mencegah kelebihan asam urat dikeluarkan dari tubuh,” ungkap Dr. Shmerling.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Benarkah Kurang Tidur Picu Asam Urat? Begini Kata Ahli


(miq/miq) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *